Senin, 16 Februari 2015

Meine



Menunggu

(siti nurul izzah)
     Sepulang sekolah;sesampainya dirumah, suasana teras rumah ramai dengan bunyi rintikan hujan. Pada saat itu, udara terasa dingin karena mengenakan Kerudung putih,baju putih dan rok biru dongker berlogokan MTsN model pandeglang 1 yang basah diguyur hujan. 
Alya mengetuk pintu dan mengucapkan “assalamu’alaikum… “ 
tetapi tidak ada yang menyaut. (Sepertinya ibu tak ada dirumah) sambil mencari kunci rumah, alya duduk kursi teras depan rumah.
 “sepertinya kunci rumah dibawa oleh ibu” pikir alya.
 Alya lirik kanan kiri terdengar suara orang yang berjalan, alya kira itu ibunya. Ternyata bukan.
     Alya mulai kesal,karena ibunya tak kunjung datang. (Lewat mata yang berkaca- kaca akhirnya, isi hati alya dikeluarkan lewat air mata penuh kesedihan, yang mengalir lewat kelopak mata alya) alya pun menganis didalam hatinya. Hujan tak kunjung reda juga, badan alya mulai terasa tak bersahabat. Kepala pusing,badan menggigil,perut keroncongan,uang menipis. Ini pertanda sepertinya alya akan sakit. Sudah pukul 16.30 WIB. Hujan masih belum reda juga. Kerudung putih,baju putih dan rok biru dongker berlogokan MTsN model pandeglang 1 yang alya kenakanpun belum mongering juga.
     Alya melihat kekaca, ternyata ada kucing yang terkunci di dalam rumah.Kucing itu mencakar-cakarkan gorden hijau yang berada didalam ruang tamu rumah dengan kukunya yang tajam. Sepertinya kucing itu ingin keluar. Alya mencari cara agar pintu rumah bisa terbuka. Berbagai cara telah alya lakukan agar pintu itu bisa terbuka. Dari besi,kayu,pulpen tidak ada yang berhasil. Semua itu sia-sia, tetap saja pintu rumah tidak terbuka. Ibu belum datang juga. 
“ibu kau kemana? Kapan kau pulang?” rintihan hatinya berbicara.    
 Akhirnya tepat pada jam 17.30WIB. ibu sampai dirumah. Ibu langsung menghampiri dan memeluk alya dengan penuh rasa kasih sayang. “Maafkan ibu ya nak”. Kata ibu kepada alya. 
“iya, bu, tak apa-apa. Alya juga minta maaf ya bu.. alya sayang ibu karena Allah.”
 Kata alya kepada ibu dengan penuh rsa kasih sayang. Merekapun masuk kedalam rumah.
    اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ  (adzan maghrib berkumandang). 
Alya dan ibu salat maghrib lalu mengaji. setelah itu ibu lekas kedapur lalu memasak untuk makan malam bersama. Sambil menuggu masakan ibu, alya pun mengerjakan PR nya. Setelah memasak ibu menghampiri alya. 
“sudah malam begini ko,ayah belum pulang juga ya bu?, gk biasanya ayah pulang malam.”kata alya bertanya kepada ibu. 
(Jam menunjukan pukul 20.55 WIB) ayahpun belum juga datang. Semut-semut mulai menghampiri makan malam yang ibu masak.
    “kring..kring..” suara telepon rumah bordering,
 “assalamu’alaikum…. Apa benar ini dengan ibu aina?” 
“ya, benar, maaf ini dengan siapa?” ibu bertanya kepada sipenelepon.
 “saya dari kepolisian ingin memberitahubahwa suami ibu….” Telepon tiba-tiba berhenti entah kenapa. Ibu sangat cemas.
 Alya menghampiri ibu lalu bertanya 
“dari siapa bu? Ko resah begitu?” 
“bukan dari siapa-siapa ko, mungkin orang yang salah sambung.” 
Jawab ibu kepada alya. 
Ibu  berusaha menyembunyikannya,karena takut mengganggu pikiran alya.
    “bu.. alya lapar”
 “makan duluan saja ya nak, kamu  jangan menunggu ayah. munkin ayah akan pulang lebih malam dari biasanya” kata ibu kepada alya.
”iya bu” Alya pun makan, setelah itu alya salat isya lalu  kekamar untuk tidur.
     Sementara itu, ibu menelepon kembali polisi itu tapi tak bisa (nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi.) untuk menghilangkan rasa cemasnya ibu menggambil remot lalu menonton tayangan kesukaannya. Sambil menonton ibu terfikir kepada upacan bu nur (teman arisan ibu) bu nur kata “sekarang banyak penipuan lewat telepon yang mengatas namakan polosi”.
    السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ….tok..tok..tok..” 
terdengar suara bel dan ketukan pintu. Ibu bergegas ke depan untuk membukanya. Setelah dibuka ternyata itu ayah. 
“ayah! Alhamdulillah.. akhirnya ayah datang juga.”
 Ibu langsung mengecup tangan ayah dan menuju kedalam. 
“ko pulangnya larut malam sekali yah?” 
Tanya ibu kepada ayah dengan penuh rasa penasaran.
 “tadi di jalan macet karena ada operasi zebra”.
 “syukurlah kalau ayah selamat” kata ibu kepada ayah. 
Lalu mereka makan malam sambil menonton tv.
 Ayah bertanya kepada ibu “alya sudah tidur ya bu?” 
ibu: “ya, sudah, badannya agak hangat karna kehujana.” 
Ayah: “Sudah diberi paracetamol belum bu?” 
ibu: “sudah yah..” ayah: “syukurlah kalau begitu”. 
Setelah makan mereka  menuju kamar untuk istirahat.

nb: maaf apabila didalam cerpen ini terdapat salah kata yang mungkin dapat menyinggung. cerpen ini pun masih banyak kesalahan didalam bahasa maupun penulisannya. karena saya masih dalam tahap pembelajaran. semoga bermanfaat :) .


  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar